Pengertian perilaku abnormal menjadi pembahasan kita kali ini. Namun, sebagai awalan kamu mesti paham dulu arti dari perilaku normal. Yuk, disimak sob!
Pengertian Perilaku Normal
Sebelum membicarakan perilaku abnormal, kita coba membahas tentang perilaku normal, sehingga kita memiliki gambaran bagaimana perilaku yang abnormal.
Menurut Kartini Kartono, perilaku normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat), yang bisa diterima masyarakat pada umumnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan interaksi sosial yang memuaskan.
Menurut Atkinson R.L. dkk, menetapkan 6 kriteria normalitas, yaitu:
- Persepsi dan realitas yang efisien, maksudnya individu dapat menilai reak-si dan menginterpretasikan hal-hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya secara realistic.
- Mengenali diri sendiri, individu mampu melakukan penyesuaian, memiliki kesadaran, perasaan dan motif secara baik.
- Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar, maksudnya individu memiliki kepercayaan diri untuk mengendalikan perilakunya.
- Harga diri dan penerimaan, adalah kemampuan menyesuaikan diri, mampu menilai harga dirinya dan merasa diterima oleh orang lain.
- Kemampuan membentuk ikatan kasih, artinya mampu menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain.
- Produktivitas, artinya mampu menyesuaikan diri dan menyalurkan kemampuan dengan baik ke aktivitas produktif.
Setelah kita tahu tentang perilaku yang normal, sekarang kita bahas bagaimana perilaku yang abnormal.
Pengertian Perilaku Abnormal Menurut Para Ahli
Perilaku pribadi abnormal adalah perilaku yang menyimpang jauh dari perilaku normal atau berbeda dari keadaan integrasi ideal.
Menurut Atkinson R.L. dkk perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :
- Secara statistic, dikatakan perilaku abnormal jika secara statistic jarang atau menyimpang dari normal, jadi tidak sesuai dengan perilaku masyarakat umumnya
- Maladaptive, perilaku dianggap abnormal jika bersifat maladaptive dan memiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
- Menyimpang dari norma sosial, perilaku yang menyimpang secara jelas dari standar atau norma dalam masyarakat
- Distress pribadi, adanya perasaan distress subyektif individu. Dengan demikian, kita dapat menilai suatu perilaku abnormal atau tidak bisa dikaji secara statistic, daya adaptasi, penyimpangan dari norma sosial atau subyektif individunya.
Cabang ilmu psikologi yang mempelajari kelainan psikis disebut psikopatologi, adapaun usaha untuk menyembuhkannya dilakukan oleh psikologi klinis. Kelainan psikis merupakan penyakit kejiwaan oleh karena itu dipelajari oleh cabang ilmu kedokteran yang disebut psikiatri.
Perbedaan antara psikologi klinis dengan psikiatri adalah metode pendekatan, dimana psikologi klinis menggunakan teknik, seperti pemeriksaan psikologis, wawancara, observasi, pemberian nasehat dan usaha penyembuhan secara psikologi (psikoterapi). Sedangkan psikiater menggunakan teknik kedokteran yaitu dengan menggunakan obat (psikofarmaka) karena ia seorang dokter
Penyebab Perilaku Abnormal
Penyebab yang mendasari seseorang mengalami perilaku abnormal, antara lain:
- Faktor keturunan, seperti idiopathy, psikosis, neurosis, idiocy dan psikosa sifilitik
- Faktor sebelum lahir, yaitu terjadi pada ibu karena kekurangan nutrisi, infeksi, luka, keracunan, menderita penyakit, menderita psikosis dan trauma pada kandungan.
- Faktor ketika lahir, seperti kelahiran dengan alat, asphyxia, premature, primogeniture.
- Faktor setelah lahir, seperti pengalaman traumatic, kejang/ stuip, infeksi pada otak atau selaput otak, kekurangan nutrisi dan factor psikologis.
Jenis-jenis Perilaku Abnormal
Pada kehiduan sehari-hari, kita sering menyaksikan perilaku manusia yang aneh-aneh. Dari mulai pembunuhan, perampokan sampai penyimpangan seks.
Pada kerangka tersebut maka perilaku abnormal digolongkan sebagai berikut:
1. Psikopat
Disebut juga psikopati atau sosiopatik, karena perbuatannya masyarakat menderita dan dirugikan. Psikopat ialah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, selalu konflik dengan norma social dan hukum.
Psikopat adalah kelainan tingkah laku berbentuk tingkah laku anti sosial, dimana seolah-olah tidak mempunyai hati nurani, berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain.
Dalam bentuk ekstrimnya dapat menjadi pembunuh berdarah dingin atau penipu ulung. Ditinjau dari sudut psikodinamika dan genetika, asal-usul psikopat bersumber dari kelakuan menyimpang pada masa kanak-kanak dan kenakalan remaja.
Tanda-tandanya, sebagai berikut:
- Tidak pernah membentuk keterikatan yang baik dengan orang tua atau pengganti orang tua.
- Suka melawan terhadap hal-hal yang dilarang oleh masyarakat, karena biasa dimanja dan merasa diperlakukan tidak adil.
- Membutuhkan penerimaan orang lain dan ada perasaan bersalah, tetapi tidak terjalin dengan baik dalam kepribadian keseluruhannya.
Menurut beberapa ahli, psikopat dibedakan antara lain:
- Simpatik tetapi tidak bertanggung jawab, orang psikopat tipe ini memiliki ciri seperti : simpatik, mudah bergaul, disukai ramah, tingkah lakunya sopan dan menarik, mudah mendapat kepercayaan dan perhatian, perilaku baik digunakan untuk menipu atau menjerumuskan orang lain. Dapat ditemukan pada individu yang memiliki pendidikan tinggi, tetapi kelakuannya tidak bertanggung jawab.
- Pendendam dan pemberontak, tipe ini orangnya gemar memusuhi dan memberontak terhadap hal-hal yang tidak disukainya. Orang seperti ini biasanya mudah marah, agresi lisan maupun fisik, cepat menyerang, membandel, keras kepala, sering membantah, melawan
- Hipokondriasis dan tidak adekuat, dengan ciri-ciri seperti banyak mengeluh sakit, fisik seolah tidak berdaya sebagai alasan tidak mau bekerja, suka berbohong, banyak keluhan dan mengharap selalu mendapat bantuan orang, hidupnya ibarat benalu (merugikan orang lain)
- Antisosial, dengan ciri-ciri seperti sama sekali tidak peduli akan kepent-ingan org lain, orang lain tidak diperhatikan, melakukan perbuatan yang berulang-ulang dan berbenturan dengan nilai-nilai sosial atau hukum. Psikopat jenis ini dapat mencuri, membunuh, melakukan kejahatan seks tanpa ia sendiri merasa bersalah/ berdosa
2. Defisiensi Moral
Disebut juga defect moral, dicirikan dengan individu yang hidupnya delinquent, selalu melakukan kejahatan (crimes) dan berperilaku asocial/ anti sosial, tetapi tidak ada penyimpangan atau gangguan pada inteleknya.
Penyebab utama adalah terpisah (separation) dengan orang tua pada usia kurang dari 3 tahun, khususnya berpisah dengan ibunya pada umur 0 – 4 tahun. Efek perpisahan menyebabkan individu tidak mendapatkan kasih sayang, tidak mendapatkan afeksi dan selalu mendapatkan perlakuan yang keras dan kejam.
Akibatnya individu menjadi pendendam, bersifat agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin dan beku, tidak memiliki super ego, adanya penolakan super ego dan hati nurani
Kelemahan dan kegagalan individu pada defisiensi moral, diantaranya seperti tidak mampu mengenal, mengerti, mengendalikan dan mengatur emosi dan perilaku; memiliki perilaku yang salah dan jahat; kegagalan dalam mengadakan penyesuaian terhadap hukum, norma-norma dan standar social yang berlaku.
Ciri-ciri orang dengan defisiensi moral seperti secara fisik dan organic normal namun pada umumnya bersifat semaunya, keras kepala, pikiran sering berubah-ubah, perangai kasar dan munafik.
Kelemahan dorongan instingtif primer, sehingga ego menjadi lemah, kemiskinan afektif, tanpa self-respect dan ada relasi longgar dengan sesama manusia.
Perilaku abnormal, defisiensi moral dikelompokkan menjadi:
- Damage children, sikap ini terjadi akibat terlalu lama terpisah dengan ibunya sejak masa bayi. Sikap dan perilakunya antara lain seperti suka protes, badung, suka melawan, depresi, tindakan meledak-ledak, egoistis, tindakan kasar dan tidak mengenal ampun, tidak tahu rasa belas kasihan.
- Juvenile delinquency, adalah anak-anak muda (dibawah umur 18 tahun), yang selalu melakukan kejahatan dan melanggar hukum, yang dimotivasi oleh keinginan mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan dari lingkungan.
Penyebab juvenile delinquency adalah fungsi persepsi yang defektif, impuls tidak terkendalikan, defisiensi dari kontrol super ego dan instabilitas psikologis.
Ciri-ciri anak dengan juvenile delinquency, yaitu tidak memiliki ke-sadaran social dan moral, mental lemah, labil dan tidak terkendali karena super ego tidak terbentuk. Disharmoni dan disfungsi dorongan, kemauan (volusi) sehingga pribadinya tidak terintegrasi, overacting, perilaku liar dan mengarah kepada psikosis. Mempunyai rasa inferior, frustasi dan dendam yang dikompensasi dengan perbuatan kekerasan, agesif, destruktif dan kriminal yang secara tidak sadar digunakan untuk mempertahankan harga dirinya untuk memperoleh perhatian dan pestise social.
3. Abnormalitas seksual
Ada beberapa pendapat tentang abnormalitas seksual, antara lain:
a. Menurut Kartini Kartono
Yang dimaksud dengan perilaku seksual abnormal adalah bentuk relasi seks yang abnormal dan buruk/ jahat yaitu relasi seks yang tidak bertanggung jawab, yang didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal.
Berdasarkan tersebut, abnormalitas seksual digolongkan, antara lain:
- Dorongan seksual yang abnormal, seperti prostitusi, perzinahan, sedukasi, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, nimfomania, satyriasis, dispareunia dan anorgasme.
- Partner seks yang abnormal, seperti homoseksualitas, lesbian-ism, bestiality, zoofilia, nekrofilia, pronografi, pedofilia, fetisisme dan lain-lain.
- Cara abnormal dalam pemuasan, seperti onani dan masturbasi, sadism, masokisme dan sadomasokisme, voyeurism, exhibionisme, transvestitisme dan transeksualisme.
b. Menurut Maramis
Yang dimasud dengan perilaku seksual abnormal adalah perilaku seks yang tidak dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Bentuk abnormal perilaku seksual.
menurut Maramis dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
- Gangguan kemampuan seksual, seperti impotensi, ejakula-si pradini, frigiditas, disparenia dan vaginismus serta hipo dan hiperseksual.
- Deviasi seksual, seperti homoseksual dan lesbian, fetisisme, pedofilia, transvestititsme, voyeurism, sadism dan masokisme serta transeksualisme.
Pengertian-pengertian perilaku seksual abnormal, antara lain:
- Impotensi adalah ketidakmampuan pria melakukan hubungan seksual karena penis tidak dapat ereksi.
- Ejakulasi pradini/ premature adalah peristiwa keluarnya sperma sebelum mencapai orgasme (ejakulasi sebelum waktunya).
- Frigiditas adalah gairah seksual yang dingin atau tidakmnegalami orgasme pada saat hubungan seksual pada wanita.
- Disparenia adalah hubungan seksual yang disertai nyeri (sakit).
- Vaginismus adalah spasme (kejang)otot-otot vagina yang menyakitkan pada saat hubungan seksual.
- Hipo dan hiperseksual adalah dorongan seksual yang kecil (hipo) dan dorongan seksual yang besar (hiper).
- Homoseksual adalah ketertarikan melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis pada pria, sedangkan pada wanita disebut Lesbian.
- Fetisisme adalah hubungan seksual yang mencari gairah dan kepuasan seksual secara berulang dengan memakai benda mati (fetish) milik sek lain sebagai pengganti obyek seksual.
- Pedofilia adalah pemuasan seksual dengan obyek anak (belum akil balig), baik sejenis maupun lawan jenis.
- Transvestititsme adalah abnormalitas seksual pada laki-laki heteroseksual dalam memperoleh kepuasan seksual dengan memakai pakaian wanita.
- Voyeurism adalah memperoleh kepuasan seksual dengan melihat (mengintip) orang telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual tanpa sepengetahuan yang diintip.
- Sadism adalah memperoleh kepuasan seksual dengan menyakit secara fisik atau psikologis obyek seksual, sedangkan masokisme adalah kebalikan sadism.
- Transeksualisme adalah abnormalitas seksual, berupa adanya gejala merasa memiliki sesksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya.
4. Psikoneurosis
Pada hakekatnya bukan penyakit, tetapi yang diderita adalah ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam dirinya sehingga ketegangan tak kunjung reda dan akhirnya psikoneurosis.
Mereka cukup kritis menilai situasi dan motif-motif yang saling bertentangan sehingga dirasakan adanya konflik.
Bisa disebabkan faktor eksternal maupun internal. Psikoneurosis disebut juga sebagai kelainan mental ringan, karena gejala-gejalanya ringan dan orang yang bersangkutan sepenuhnya normal. Ia masih dapat bergaul, bekerja, belajar dan sebagainya seperti orang-orang lainnya.
Gejala timbul sedikit demi sedikit, biasanya faktor penyebab diendap-kan pada alam ketidaksadaran akhirnya tingkah laku aneh tapi tidak tahu penyebabnya.
Psikoneurosis berdasarkan gejalanya digolongkan, antara lain:
- Neurosa ansiteas, gejala adanya rasa khawatir/ waswas yang terus menerus dan tidak beralasan. Penderita menjadi gelisah, tidak tenang dan sukar tidur.
- Histeria, secara tidak sadar meniadakan fungsi salah satu anggota tubuhnya, sekalipun secara organis tidak ditemukan kelainan.
- Obsesif-kompulsif, ditandai adanya pikiran/ dorongan tertentu terus menerus, individu tahu tidak benar dan tidak masuk akal tetapi tidak dapat melepaskannya.
5. Psikosa
Disebut juga kelainan kepribadian yang mayor, karena seluruh keprbadian orang tersebut terkena, sehingga tidak dapat hidup dan bergaul normal dengan orang disekitarnya.
Psikosa berbeda dengan psikoneurosis/ neurosa. Perbedaan psikosa dan neurosa diantaranya :
- Tingkah laku umum, pada neurosa masih ada kontak dengan re-alitas, sedangkan pada psikosis seluruh kepribadian terpengaruh, tidak ada kontak dengan realitas
- Gejala, pada neurosa tidak menetap, sedikit mengalami hambatan dalam partisipasi sosial, jarang ada gangguan dalam bicara, sedangkan pada psikosa, gejala menetap dan makin lama makin buruk, umumnya tidak mampu berpartisipasi sosial, sering ada gangguan bicara.
- Orientasi, pada neurosa kemampuan orintasi terhadap lingkungan adekuat, sedangkan pada psikosa terjadi kehilangan orientasi pada lingkungan.
- Pemahaman, pada neurosa masih dapat memahami tingkah lakunya sendiri, sedangkan pada psikosa sudah tidak dapat memahami tingkah lakunya.
- Aspek sosial, pada neurosa tingkah lakunya jarang membahayakan, jarang memerlukan perawatan di RS, sedangkan pada psikosa yakni tingkah laku membahayakan dan perlu di rawat di RS.
- Perawatan, pada neurosa yakni mudah diatur, hasil perawatan baik , sedangkan pada psikosa : sulit diatur dan sulit dicapai kesembuhan tetap.
Jenis-jenis psikosa adalah sebagai berikut:
a. Psikosa Fungsional
Untuk psikosa fungsional, antara lain:
# Skizofrenia
Skizofrenia = perpecahan kepribadian : pikiran, perasaan dan perbuatannya berjalan sendiri-sendiri dengan gejala-gejala sebagai berikut:
- Pola pikir dan alam perasaan tidak teratur, tidak sesuai dengan yang dirasakan, inkoheren, kadang neologisme.
- Apatis, tidak menujukkan perasaan pada situasi yang seharusnya menimbulkan reaksi-reaksi emosi.
- Tingkah laku bizar, aneh, eksentrik dan tidak dapat dimengerti.
- Seklusif, arah minat dan kontak sosial sangat dipersempit, lebih suka menarik diri dan menyendiri.
- Delusi/ waham, keyakinan yang salah tetapi tidak bisa dibantah.
- Tidak mau mengikuti kebiasaan manusia normal.
Skizofrenia terbagi menjadi:
- Reaksi simpleks, menunjukkan gejala diatas tanpa ada komplikasi lain.
- Reaksi hebeprenik, disertai kemunduran mental.
- Reaksi katatonik, disertai tingkah laku motorik yang tidak terkontrol.
- Reaksi paranoid, disertai kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain tanpa alasan yang jelas.
# Paranoia dan kondisi paranoid
Ditandai adanya kecurigaan yang tidak beralasan yang terus menerus, puncaknya menjadi tingkah laku agresif. Emosi dan jalan pikirannya masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikirannya cukup sistematis, mengikuti suatu logika dan teratur, tetapi berakhir dengan in-terpretasi yang menyimpang dari kenyataan.
Kondisi paranoid merupakan bentuk bentuk antara skizofrenia paranoid dan paranoi. Paranoid jenis lanjut yang sudah lebih lanjut ditandai halusinasi dan kecurigaan yang sangat kuat, pola berpikir makin kacau dan tingkah laku makin aneh.
# Psikosis manik depresif
Terutama menyangkut aspek emosi penderita, dimana menjadi sangat gembira atau sangat sedih, sangat agresif atau diam seperti patung.
b. Psikosa Organik
Berbeda dengan psikosis fungsional, dimana penyebabnya semata-mata adalah faktor kelainan fisiologik. Misalnya karena usia senil terjadi penyempitan pembuluh darah otak sehingga bertingkah laku seperti psikosis, dalam beberapa kasus psikosis ini diturunkan (psikokongenital).
Kesimpulan
Jadi, pengertian perilaku normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat), yang bisa diterima masyarakat pada umumnya. Sedangkan pengertian perilaku pribadi normal adalah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
Perilaku pribadi abnormal adalah perilaku yang menyimpang jauh dari perilaku normal atau berbeda dari keadaan integrasi ideal. Suatu perilaku disebut abnormal atau tidak bisa dikaji secara statistic, daya adaptasi, penyimpangan dari norma social atau subyektif individunya. Penyebab yang mendasari perilaku abnormal adalah faktor keturunan, gangguan sebelumlahir, saat lahir dan gagguan setelah lahir.
Demikian penjelasan lengkap seputar pengertian perilaku abnormal, semoga bermanfaat untuk kita semua!