Pendahuluan
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara pada abad ke-14 hingga abad ke-15 Masehi. Namun, kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Setelah wafatnya seorang tokoh penting dalam kerajaan ini, masa keruntuhan pun mulai terjadi. Pada artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai masa keruntuhan Kerajaan Majapahit yang terjadi setelah wafatnya tokoh tersebut.
Tokoh Penting yang Meninggal
Tokoh penting yang meninggal dan menjadi pemicu keruntuhan Kerajaan Majapahit adalah Raja Hayam Wuruk. Beliau adalah raja yang sangat berjasa dalam memperluas wilayah dan mengangkat derajat Kerajaan Majapahit. Kepemimpinannya yang bijaksana dan energik membuat kerajaan ini menjadi salah satu kekuatan besar di Asia Tenggara pada masanya.
Krisis Pemimpin
Setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk, terjadi krisis pemimpin di Kerajaan Majapahit. Kekuasaan tidak jelas dan terjadi perselisihan di antara para bangsawan yang ingin menguasai tahta. Hal ini menyebabkan terpecahnya kekuasaan dan melemahkan stabilitas kerajaan. Tanpa pemimpin yang kuat, kekuatan militer dan politik Kerajaan Majapahit pun mulai melemah.
Invasi dari Luar
Selain krisis pemimpin internal, Kerajaan Majapahit juga menghadapi ancaman dari luar. Kerajaan-kerajaan tetangga seperti Kerajaan Demak dan Kerajaan Cirebon mulai mengintai kelemahan Majapahit. Mereka melihat peluang untuk mengambil alih kekuasaan dan wilayah yang dimiliki oleh Majapahit. Dalam kondisi yang lemah, Majapahit kesulitan untuk menghadapi serangan-serangan tersebut.
Pelemahan Ekonomi
Masa keruntuhan Kerajaan Majapahit juga ditandai dengan pelemahan ekonomi yang signifikan. Perdagangan internasional yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama kerajaan ini mulai menurun. Kondisi politik yang tidak stabil dan serangan dari luar membuat jalur perdagangan menjadi terhambat dan perdagangan tidak lagi berjalan lancar. Hal ini berdampak pada menurunnya pendapatan kerajaan dan kemunduran ekonomi Majapahit.
Pemberontakan di Daerah-daerah
Di tengah ketidakstabilan politik dan pelemahan ekonomi, muncul pemberontakan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Masyarakat yang merasa tidak puas dengan pemerintahan pusat mulai memberontak dan memisahkan diri. Mereka membentuk kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri dan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Majapahit. Hal ini semakin melemahkan kekuasaan dan otoritas Kerajaan Majapahit.
Akhir dari Kerajaan Majapahit
Masa keruntuhan Kerajaan Majapahit mencapai puncaknya pada tahun 1478 Masehi. Pada tahun tersebut, Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak berhasil menaklukkan ibukota Majapahit, yaitu Trowulan. Penaklukan ini menandai akhir dari kejayaan Kerajaan Majapahit. Meskipun terdapat upaya dari raja-raja penerus untuk memulihkan kejayaan Majapahit, namun kehilangan ibukota dan terpecahnya kekuasaan tidak dapat diatasi.
Kesimpulan
Masa keruntuhan Kerajaan Majapahit terjadi setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk. Krisis pemimpin, invasi dari luar, pelemahan ekonomi, dan pemberontakan di daerah-daerah menjadi faktor utama yang menyebabkan keruntuhan ini. Puncak dari keruntuhan ini terjadi pada tahun 1478 Masehi, ketika ibukota Majapahit berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Demak. Meskipun Kerajaan Majapahit telah runtuh, namun warisan budaya dan sejarahnya tetap menjadi bagian penting dari peradaban Indonesia.