Pengertian Filsafat

Pengertian Filsafat

Anda tentu sering mendengar istilah filsafat, lantas apa yang dimaksud dengan filsafat, atau tahukah kamu pengertian filsafat itu?

Definisi Filsafat

Definisi Filsafat
Definisi Filsafat

Sebelum menjelaskan pengertian filsafat perlu dijelaskan terlebih dahulu istilah filsafat.

Dari berbagai literatur yang ada, istilah filsafat dalam Bahasa Indonesia dipadankan dengan istilah “falsafah” dalam bahasa Arab, “philosophy” dalam bahasa Inggris, “philosophia” Bahasa Latin, “philosophie” dalam bahasa Belanda, “philoshopier” dalam bahasa Jerman, “philoshopie” dalam bahasa Perancis.

Bacaan Lainnya

Ada juga istilah lain yang dipadankan dengan istilah filsafat, yaitu istilah falsafah yang oleh para ahli dikatakan bahwa istilah falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu “philein” (Kaelan, 2013).

Untuk menjelaskan pengertian filsafat perlu dibedakan antara pengertian filsafat dari segi etimologis dan terminologis. Pengertian filsafat dari segi etimologis (asal usul kata) sudah banyak ditemukan di dalam berbagai literatur.

Ada dua arti secara etimologis dari filsafat. Pertama, apabila filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana, dalam hal ini bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat.

Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, maka artinya adalah teman kebijaksanaan, dalam hal ini kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda (Ali Mudhofir, 2002).

Dengan demikian secara etimologis, istilah philosophia atau filsafat mengandung arti:

  • Cinta pada kebijaksanaan.
  • Ingin pandai atau ingin tahu secara mendalam.

Jadi, orang berfilsafat adalah orang yang (a) mendambakan kebijaksanaan, dan (b) mendambakan pengetahuan yang sedalam-dalamnya.

Secara terminologis, istilah filsafat dapat diartikan lebih luas dibandingkan dengan istilah filsafat dari segi etimologis. Dari segi terminologis istilah filsafat dapat diartikan sebagai:

Filsafat sebagai asas atau pendirian hidup adalah merupakan dasar pedoman bagi sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam hal ini, filsafat dipandang sebagai asas atau pendirian hidup yang kebenarannya telah diterima dan diyakini untuk dijadikan landasan dasar dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup.

Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang terdalam dimaksudkan sebagai ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam guna menemukan esensinya atau hakekatnya.

Dari pengertian secara terminologis mengandung makna bahwa seseorang berfilsafat adalah seseorang yang sedang mencari hakiki dan jati diri tentang hidup dan kehidupannya.

Meskipun ada beberapa pengertian istilah filsafat, baik dari segi etimologis maupun terminologis, masih ada beberapa pengertian atau definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan substansi dari pengertian filsafat.

Rizal Muntazir et al. (2001) mengutip beberapa definisi filsafat dari para ahli yang dapat dikemukan sebagai berikut:

Dalam perspektif yang tidak jauh berbeda dengan pengertian atau definisi filsafat yang telah diuraikan di atas, menurut Kaelan (2013) menyederhanakan pengertian filsafat menjadi dua pengertian pokok, yaitu mencakup pengertian filsafat sebagai produk (hasil pemikiran manusia) yang bersifat statis dan filsafat sebagai proses, sehingga bersifat dinamis.

Untuk filsafat sebagai produk mencakup dua pengertian, yaitu:

Untuk pengertian filsafat sebagai suatu proses dapat diartikan sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dimana dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permsalahannya.

Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu, tetapi lebih merupakan aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.

Di dalam berbagai literatur, seperti juga yang dikemukakan Kaelan (2013) bahwa filsafat memiliki bidang pembahasan yang sangat luas, yaitu segala sesuatu, baik yang bersifat kongkrit maupun yang bersifat abstrak.

Begitu pula dari segi objeknya, filsafat memiliki dua objek, yaitu objek material filsafat dan objek formal filsafat.

Pertama, objek material filsafat adalah objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu, baik bersifat material kongkrit, seperti manusia, alam, benda, binatang, dan lain sebagainya maupun sesuatu yang bersifat abstrak, seperti nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dan lainsebagainya.

Kedua, objek formal filsafat adalah cara memandang seseorang peneliti terhadap objek material tersebut.

oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat, seperti sudut pandang nilai terdapat bidang aksiologi, dari sudut pandang pengetahuan terdapat bidang epistimologi, bidang ontologi, etika, estetika, dan lain sebagainya.

Di dalam berbagai literatur atau referensi seperti yang ditulis Kaelan (2013) dan Ali Mudhofir (2002) menyebutkan bahwa lingkup pengertian filsafat adalah sebagai berikut:

Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan

Dalam kehidupan manusia, manusia selalu diperhadapkan pada berbagai masalah, tetapi untuk memecahkan berbagai masalah manusia dituntut untuk berfikir.

Dalam praktiknya, cara berfikir manusia tidak seluruhnya dapat dikategorikan berfikir secara kefilsafatan.

Sebagaimana dicontohkan mengenai kegiatan berfikir disebut sebagai kegiatan berfilsafat dengan kegiatan berfikir yang bukan berfilsafat.

Kegiatan berfikir yang bukan berfilsafat, seperti orang yang sedang berfikir untuk melunasi hutangnya di bank, sedangkan kegiatan berfikir disebut kegiatan berfilsafat, dicontohkan misalnya dewasa ini umat manusia hidup dengan hasil teknologi dan ilmu pengetahuannya yang sangat canggih.

Namun manusia dihadapkan kepada dampak dan akibat langsung yang mengancam manusia, yaitu kelangsungan, kesejahteraan, kedamaian manusia, untuk itu harus diselesaikan melalui filsafat Kaelan (2013).

Contoh ini menunjukkan bahwa berfikir secara kefilsafatan adalah kegiatan berfikir untuk menemukan makna yang hakiki, kegiatan berfikir secara kritis dan mendalam sampai menemukan hakikat yang terdalam.

Contoh lainnya mengenai berfikir secara kefilsafatan dan berfikir biasa, berfikir sehari-hari bahwa tidak semua orang berfikir itu mesti berfilsafat. Sebagai contoh kongkrit, misalnya seorang mahasiswa berfikir bagaimana agar memperoleh Indek Prestasi (IP) yang tinggi pada suatu semester.

Contoh lainnya, misalnya seorang pegawai memikirkan gaji yang akan diterima pada bulan yang akan datang, atau seorang pedagang berfikir tentang laba yang akan diperoleh dalam bulan ini.

Semua contoh yang dikemukakan itu bukanlah berfikir secara kefilsafatan melainkan berfikir biasa, berfikir sehari-hari, yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam (Ali Mudhofir, 2002).

Untuk membedakan berfikir secara kefilsafatan dan kegiatan berfikir biasa, bukan berfikir secara kefilsafatan dapat dijelaskan melalui ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan.

Secara teoritis sebagaimana dikemukan oleh para ahli filsafat (Kaelan, 2013; Ali Mudhofir, 2002) bahwa berfikir secara kefilsafatan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis

Yaitu senantiasa mempertanyakan segala sesuatu, problema-problema, atau hal-hal lain yang dihadapi manusia.

Oleh karena itu, ciri berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat dinamis.

2. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal (mendalam)

Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakikat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan.

Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan inderawi.

3. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum)

Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum.

Dengan jalan penjajagan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

4. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual

Dengan ciri yang komseptual ini, maka berfikir secara kefilsafatan melampui batas pengalaman hidup sehari-hari.

5. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten

Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.

Dalam Bahasa Indonesia koheren dan konsisten keduanya dapat diterjemahkan menjadi runtut. Runtut artinya bagan konseptual yang disusun itu tidak terdiri dari pendapat-pendapat yang saling berkontradiksi di dalamnya.

6. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan dengan sifatnya yang spekulatif (perekaan)

Perekaan adalah pengajuan dugaan-dugaan yang masuk akal (rasional) yang melampui batas-batas fakta.

Tujuan dari perekaan adalah penyatupaduan dari semua pengetahuan, pemikiran, dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan yang komprehensif.

7. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik

Sistematik mengadung arti bahwa pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

8. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif

Komprehensip artinya bahwa mencakup secara menyeluruh, karena berfikir secara kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

9. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas

Bebas artinya bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural ataupun religius. Sifat berfikir secara kefilsafatan adalah berfikir secara bebas untuk sampai pada hakikat yang terdalam dan universal.

10. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab

Seseorang yang berfilsafat adalah seseorang yang berfikir sambil bertanggung jawab.

Dengan memahami ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan tersebut, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa ketika manusia berfikir tidak dilandasi dengan ciri-ciri berfikir secara kefilsafatan, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan berfikir tersebut bukan kegiatan berfilsafat, tetapi hanya kegiatan berfikir biasa.

Selanjutnya dapat dikatakan kegiatan berfikir secara kefilsafatan apabila dicirikan secara kumulatif berfikir secara kritis, radikal (mendalam), universal, konseptual, koheren dan konsisten (runtut), spekulatif, sistematik, komprehensih, bebas, dan bertanggung jawab.

BACA JUGA: Kesadaran dan Ketidaksadaran itu Apa sih?

Kesimpulan

Secara garis besar pengertian istilah filsafat terdiri atas dua macam, yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara etmologis, istilah philosophia atau filsafat  mengandung arti : (1) cinta pada kebijaksanaan, (2) ingin panda atau ingin tahu secara mendalam.

Jadi orang berfilsafat adalah orang yang (a) mendambakan kebijaksanaan, dan (b) mendambakan pengetahuan yang sedalam-dalamnya. Sedangkan secara terminologis, istilah filsafat dapat diartikan sebagai : (a) asas atau pendirian hidup, dan (b) ilmu pengetahuan yang terdalam. Filsafat sebagai asas atau pendirian hidup adalah merupakan dasar pedoman bagi sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3.2/5 – (13 votes)

Kami, Mengucapkan Terimakasih Telah Berkunjung ke, Ikatandinas.com

DIREKOMENDASIKAN UNTUK ANDA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *